Benarkah ada syair thala'al badru 'alayna saat Nabi SAW tiba di Madinah/Yatsrib?
SAMBUTAN KEDATANGAN NABI
Source: WAG Kajian Ilmu Takhrij 2
[14/7 07:03] +62 852-1568-6778:
Benarkah ada syair thala'al badru 'alayna ?
Kisah ini sangat masyhur di kalangan kita semua bahkan dibuat lagu dan nyanyian. Parahnya, kisah ini dijadikan dalil bolehnya membentuk group qashidah, orkes dangdut dan lain sebagainya.
Syaikh Al-Mubarakfuriy mengatakan dalam Ar-Rahiqul Makhtum (hal.177) :
“Hari itu merupakan hari monumental. Semua rumah dan jalan ramai dengan suara tahmid dan taqdis. Sementara anak-anak gadis mereka mendendangkan bait-bait sya’ir karena senang dan gembira.
طَلَـعَ الْبَدْرُ عَلَـيْنَا مِنْ ثَنِيَّـاتِ الْوَدَاعْ
وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَيْنَا مَا دَعَا لِلَّــهِ دَاعْ
أَيُّـهَا الْمَبْعُوْثُ فِيْنَا جِئْتَ بِالأَمْرِ الْمُطَاعْ
Purnama telah terbit di atas kami
Dari arah Tsaniyyatul Wada’
Kita wajib mengucap syukur
Atas apa yang dia dakwahkan karena Allah
Wahai orang yang diutus kepada kami
Engkau datang membawa urusan yang ditaati.
Takhrij Kisah
Diriwayatkan oleh Abu Hasan Al-Khal’iy dalam Al-Fawaid (2/59) dan Al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah (2/506) dari jalan Fadhl bin Hubab (Abu Khalifah) berkata; Saya mendengar 'Ubaidullah bin Muhammad bin 'Aisyah mengatakan…(lalu menyebutkan kisah di atas).
Derajat Kisah
DHA’IF. Disebabkan kecolongan beberapa rawi dalam sanadnya. Karena Ibnu 'Aisyah, sang pencerita kejadian di atas (kedatangan Nabi ke kota Madinah) bukan termasuk sahabat, bukan pula termasuk tabi’in (murid sahabat), bahkan bukan pula termasuk tabi’ tabi’in (murid tabi’in).
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Termasuk tingkatan kesepuluh”.
(At-Taqrib, 1/538)
Maksud tingkatan ini dijelaskan dalam Muqaddimah kitabnya yaitu orang-orang yang belajar kepada tabi’ tabi’in dan tidak berjumpa dengan tabi’in.
Dengan demikian maka dalam sanad ini kecolongan tiga thabaqah (tingkatan) utama yaitu thabaqah sahabat, thabaqah tabi’in dan thabaqah tabi’ tabi’in. Berarti, sanad kisah ini minimal kecolongan tiga rawi secara berurutan. Dalam Ilmu Musthalah hadits, keadaan seperti ini disebut dengan “Mu’dhal”.
Imam As-Sakhawi mengatakan: “Mu’dhal secara istilah yaitu suatu hadits yang kecolongan dalam sanadnya dua thabaqah atau lebih secara berurutan”.
Komentar Ulama
Imam Al-Hafizh Al-‘Iraqi berkata :
“Hadits tentang nasyid para wanita menyambut kedatangan Nabi diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah secara Mu’dhal tanpa ada lafazh rebana dan alunan melodi”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Dikeluarkan oleh Abu Sa'id dalam Syaraful Musthafa dan diriwayatakan dalam Fawaid Khal’iy dari jalan 'Ubaidullah bin 'Aisyah secara terputus…(lalu beliau membawakan kisah ini) kemudian beliau berkata: “Sanad ini mu’dhal, barangkali kejadian ini adalah ketika pulangnya Nabi dari perang Tabuk”.
Syaikh Al-Albani juga berkata :
“Perhatian, Al-Ghazali membawakan kisah ini dengan tambahan: “Dengan rebana dan alunan melodi”. Tambahan ini tidak ada asalnya sebagaimana diisyaratkan Al-Hafizh Al-‘Iraqi tadi dengan perkataannya: “tanpa ada lafazh rebana dan alunan melodi”.
Sebagian orang tertipu dengan tambahan ini sehingga menampilkan kisah di atas beserta tambahannya sebagai dalil bolehnya nasyid-nasyid Nabawiyyah yang populer di zaman ini!
Maka kita katakan kepadanya: “Pastikan dahulu, baru berdalil” ! seandainya toh memang shahih, tetap saja tak ada hujjah bagi mereka sebagaimana dijelaskan tadi ketika membahas hadits”.
Kejanggalan Matan
Ada sisi kejanggalan dalam kisah ini, karena posisi Tsaniyyatul Wada’ (jalan-jalan yang diapit bukit-bukit Al-Wada’) berada di sebelah utara kota Madinah. Seandainya riwayat penyambutan Nabi dengan qasidah ini shahih, tentulah hal itu terjadi ketika Nabi pulang dari Tabuk, sebab Tabuk berada di utara Madinah, bukan ketika Nabi datang dari Mekkah. Apalagi terdapat beberapa riwayat yang dibawakan Al-Hafizh Ibnu Hajar bahwa sambutan mereka saat itu adalah berupa ucapan takbir: “Muhammad Rasulullah telah datang, Allahu Akbar”. maka hal ini semakin memperkuat lemahnya kisah ini.
Di antara indikasi kelemahan kisah ini, bahwa riwayat-riwayat yang shahih tentang masuknya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah saat hijrah tidak menyebutkan –meskipun hanya secara implisit– apa yang bisa menjadi bukti kebenaran kisah ini. Bahkan riwayat-riwayat shahih ini menceritakan kata sambutan penduduk Madinah kala beliau tiba.
Bukhari, dalam Shahih-nya bab Hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat ke Madinah, meriwayatkan hadits Anas bin Malik. Di dalamnya disebutkan:
"Maka di Madinah ada yang mengatakan, ‘Nabi Allah datang, Nabi Allah datang.’ Lantas mereka menuju tempat tinggi untuk melihat, mereka mengucapkan, “Nabi Allah datang…”
Dan dalam hadits Bara’ bin 'Azib disebutkan :
” …kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang. Aku tidak pernah melihat penduduk Madinah bersuka cita seperti suka cita mereka lantaran kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, para budak wanita meneriakkan, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang’.” Dalam riwayat lain, “Lantas para lelaki dan wanita naik ke atap rumah, sedang anak-anak dan para pelayan berhamburan di jalan-jalan. Mereka meneriakkan, ‘Wahai Muhammad, wahai Rasulullah. Wahai Muhamamd, wahai Rasulullah’.”
Wallahu A’lam
_________________________________________
Shahihkah Riwayat Senandung “Thala’al Badru Alaina” Menyambut Rasul Hijrah dari Makkah ke Madinah ?
Oleh : Ustadz Robi Permana Abu Quthbie
(781)- أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرٍو الأَدِيبُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الإِسْمَاعِيلِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا خَلِيفَةَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عَائِشَةَ، يَقُولُ: " لَمَّا قَدِمَ عَلَيْهِ السَّلامُ الْمَدِينَةَ جَعَلَ النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ يَقُلْنَ:
طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا مِنْ ثَنِيَّاتِ الْوَدَاعْ وَجَبَ الشُّكْرُ عَلَيْنَا مَا دَعَا لِلَّهِ دَاعْ
Dari Ibnu ‘Aisyah :
"Tatkala Rasulullah datang ke Madinah, para wanita dan anak-anak bersenandung:
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
(Telah muncul purnama kepada kami, dari daerah Tsaniyatul Wada’)
wajabas syukru ‘alaina, ma da’a lillahi da’in (Wajiblah bagi kita untuk bersyukur, selagi masih ada orang yang berdoa kepada Allah)."
Hadits ini dikeluarkan oleh Abul Hasan Al Khal’i dalam Al Fawa’id (2/59), Al Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah (2/233) dari 'Ubaidillah bin Muhammad bin ‘Aisyah.
Analisis Sanad
Al-Hafizh Al-Iraqi mengomentari riwayat ini sebagai hadits mu’dhal, sebab perawi 'Ubaidullah bin 'Aisyah (salah satu guru Bukhari) meninggal tahun 228 H. Jadi antara ia dan peristiwa kisah ini ada jarak yang panjang. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath, mengatakan, “Abu Sa’id mengeluarkan dalam Syaraful Mushthafa dan kami meriwayatkannya dalam Fawaidul Khal’i dari jalur 'Ubaidullah bin 'Aisyah secara munqathi (terputus sanadnya).
[Lihat Takhrij Al Ihya, 2/244]
Kritik Matan
Kisah ini pun lemah kalau kita tinjau dari sisi matannya yaitu bahwa daerah Tsaniyatul Wada’ adalah sebuah daerah yang berada di sebelah utara kota Madinah, sedangkan Makkah berada di sebelah selatan Madinah. dan orang Mekkah yang hendak menuju ke Madinah tidak akan pernah melewati daerah Tsaniyatul Wada’. Inilah yang diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad, beliau berkata: “….ini adalah kesalahan yang sangat nyata, karena daerah Tsaniyatul Wada’ berada di daerah Syam, daerah ini tidak akan pernah dilihat oleh orang yang datang dari Mekkah ke Madinah, dan tidak akan dilewati kecuali oleh orang yang berangkat dari Madinah menuju Syam.”
Kesimpulan
Hadits yang mengatakan tentang adanya sambutan orang-orang Madinah saat rasul Hijrah ke Madinah dengan senandung dan rebana "Thala'al badru 'alaina" derajatnya sangat Dhaif, karena terputus tiga rawi.
Labels: PEMAHAMAN AGAMA
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home